Singgasana pemimpin sejati bukan berupa kursi kapuk empuk yang bikin terkantuk-kantuk. Singgasananya tidak berada di ruang dingin ber-AC, bermeja lebar, berkarpet tebal. Pemimpin sejati bersinggasana di Hati.

Seorang pemimpin tidak harus menjadi orang pertama dalam struktur organisasi. statusnya sebagai seorang pemimpin bukan dilihat dari jabatan yang disandang. boleh saja seorang berada di kursi nomor satu dalam sebuah kekuasaan. namun ketika orang - orang yang berada dibawahnya patuh semata-mata karena dia ada di dalam jabatan tersebut, maka pada dasarnya dia bukan pemimpin sejati. kepatuhan seorang bawahan kepada pimpinan sejati bukan hanya karena jabatan tetapi juga karena rela dan ikhlas dirinya dipimpin. kepemimpinan sang pemimpin sejati diterima di hati orang yang menjadi bawahanya.

Pemimpin tidak harus memiliki dokumen legalitas semacam surat keputusan yang menyatakan dia seorang pimpinan. keterangan hitam di atas putih semacam itu hanyalah syarat paling rendah untuk bisa disebut sebagai seorang pemimpin.

Seorang pemimpin tidak pernah memikirkan jabatanya untuk kepentingan pribadi. Dia adalah orang yang sadar bahwa jabatan yang sedang berada di pundaknya adalah sebuah amanah yang harus dia pertanggungjawabkan kelak baik di dunia maupun di akhirat. Kursi empuk yag bikin terkantuk-kantuk itu hanyalah singgasana titipan baginya.Dia sadar bahwa singgasana sejati yang harus dimiliki bukan berada dalam ruang besar berkarpet tebal. Bagi dia tidak ada masalah menjadi pemimpin tanpa singgasana. Dia tahu pasti, singgasana pemimpin sejati berada di Hati orang-orang di bawahnya yang dia Layani.

saya ingin menutup Tulisan ini dengan sebuah kalimat yang semoga senantiasa mengingatkan kita untuk melangkah maju menjadi lebik baik.

"Jadi Orang Penting Itu Baik, Tapi Jadi Orang Baik Lebih Penting"

copyright : inspirasi adib-khoirul

Sempurnakanlah segenap kesungguhan

Dengan tekad yang membaja

Seperti para Jundullah

yang telah merangkai memoar terbaik kehidupan mereka,

jadilah seperti mereka yang tetap tegar dalam menegakkan Kalimatullah

Luruskan niat dan renungkan kembali tujuan

sehingga kita dapat optimal memaknai hidup ini

Warnai hari-hari yang kita lalui dengan lantunan dzikrullah

sehingga damai jiwa ini

Tegarkan hati ini dengan seruan takbir

yang semakin hari kian meninggi

Berhimpunlah dalam majelis-majelis tazkiyah,

larut dalam heningnya muhasabah,

sehingga dengannya akan menyucikan jiwa

dan mengembalikan fitrah diri

Hadirkanlah tadhiyyah terbaik untuk umat ini

sebelum Allah menghendaki di saat suatu hari nanti

kita meninggalkan umat ini

Ukirlah kebaikan demi kebaikan dengan sebaik-baiknya,

karena persinggahan ini hanyalah sementara..

Keep jihad in our heart – tanamkan jihad di hati kita! 

Dari Saudaramu Seiman
Pemerintah Jepang melakukan tes lebih lanjut, Sabtu (24/9), terkait padi yang tumbuh di dekat pabrik nuklir yang telah tutup. Hal ini dilakukan setelah menemukan adanya peningkatan kadar radiasi.
Sebuah sampel padi yang dipanen diketahui mengandung 500 becquerels cesium tiap kilogramnya. Radioaktif cesium itu dimuntahkan reaktor nuklir Dai-ichi di Fukushima yang rusak karena gempa akibat tsunami yang melanda Jepang 11 Maret lalu.

Peraturan di Jepang, nasi yang memiliki kandungan sampai 500 becquerels cesium per kilogramnya masih dianggap aman untuk dikonsumsi.

Menurut Kazuhiko Kanno, peneliti yang mewakili pemerintah Jepang, pihaknya telah menguji beras yang diambil dari lebih 400 tempat di prefektur Fukushima. Menurut Kanno, level tertinggi dari cesium yang sebelumnya ditemukan adalah 136 becquerels per kilogram.

Laporan media di Jepang, tingkat radiasi tinggi dalam beras muncul dari kota Nihonmatsu, 55 kilometer sebelah barat reaktor nuklir Fukushima.

Pemerintah sebelumnya juga telah menguji sayuran dan ikan untuk mengantisipasi radiasi akibat bencana yang menimpa Fukushima yang mengalami kegagalan pada cadangan generator dan sistem pendinginan ditambah inti dari tiga reaktor yang ikut meleleh.

Terpisah, beberapa negara telah menghentikan impor beberapa produk makanan dari Jepang. Konsumen Jepang sendiri sempat khawatir akibat ancaman radiasi, tapi kampanye pemerintah untuk membeli produk-produk dari Fukushima telah menarik dukungan seluruh bangsa di negeri sakura ini.
Menuai inspirasi, menjadi sebuah keharusan bagi setiap orang yang mengaku sebagai manusia berakal. Dengan menggunakan akal maka seseorang itu akan selalu berpikir tentang berbagai fenomena yang terjadi di setiap waktu, di berbagai tempat, dan siapa pun pelakunya.

Seringnya menggunakan akal akan melatih kepekaan indera. Ketika telah terlatih maka kita pun akan peka terhadap apa yang ada di sekeliling kita yang nantinya akan berbuah beragam inspirasi pada pikiran kita. Intinya adalah kita bisa menemukan inspirasi dari berbagai hal dengan mudah. Semakin peka terhadap segala sesuatu yang ada.

Sebuah perumapamaan menarik, misalnya ia sedang dalam perjalanan yang melintasi berbagai fenomena sosial, berbagai macam pemandangan manusia dengan berbagai macam aktivitas dan perilaku, atau sedang berada di taman bunga yang warna-warni dengan beberapa kupu-kupu yang terbang ke sana ke mari singgah dari bunga satu ke bunga yang lain.

Atau ia sedang berada di pantai yang di sana terdapat suatu perpaduan antara angin laut, gelombang, dan pasir pantai yang selalu disinggahi gelombang. Ombak yang tak pernah henti-hentinya menyambangi pantai, atau karang yang senantiasa sabar diterjang deburan ombak. Bahkan, ketika kita mengamati tingkah laku hewan beserta keunikannya.

Sesuai dengan konsep awal, kita harus belajar dari apa pun, maka tidak menutup kemungkinan kita belajar dari hewan. Kita tahu, hewan adalah lebih rendah kedudukannya dari manusia, tetapi saya pikir hal itu tidak akan membuat manusia menjadi rendah apabila menuai inspirasi dari perilaku hewan. Bagaimana pun hewan adalah ciptaan Yang Maha Pencipta. Sebuah ciptaan dari Yang Maha Agung. Yang tak seorang pun yang dapat menirukan.

Maka tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk meraup pelajaran dari makhluk yang bernama hewan. Misalnya, inspirasi dari citah dalam hal menerkam buruannya. Dia fokus pada tujuan, ia pusatkan seluruh perhatian dan pikirannya hanya pada incarannya. Segenap tenaga ia himpun. Tak enggan ia mengendap-endap sebagai strategi sempurna agar si target tak mengetahui keberadaannya.

Ia lari begitu kencang dan kuat. Segala energi  dan kekuatannya dikerahkan untuk memburu  mangsanya. Pun ketika ia menentukan hewan buruannya, ia tidak sembarang memilih. Dipilihnya incaran melalui pertimbangan dan kecermatan penuh. Ada kriteria tertentu yang menjadi patokannya. Misalnya, dipilihlah rusa yang tidak tua alias muda, tapi yang larinya belum terlalu cepat. Diamati pula posisinya yang sedang sendiri berada di luar komunitasnya. Diawasi yang sedang lengah atau sedang menikmati air membuang dahaga, sehingga sang target adalah mangsa yang benar-benar lengah, tak menyadari bahwa dia sedang diintai pemangsa.

Mari refleksikan dalam pribadi kita waktu menentukan tujuan hidup. Targetan-targetan hidup yang akan kita capai. Impian dan harapan yang  menjadi satu kata, cita-cita. Demikian juga cara mencapai tujuan. Proses. Usaha. Segala tindakan yang kita lakukan demi terwujudnya sebuah cita-cita. Usaha kasat mata dan usaha tak kasat mata. Apakah kita sudah seperti citah yang begitu cermat dan jeli dalam menentukan target serangannya dan begitu sabar, tangguh, dan teliti dalam menerkam mangsanya? Jawabannya ada dalam diri kita sendiri. Bersyukurlah ketika jawabannya sudah dan berharap lebih baik dari citah. Apabila belum, segeralah lakukan perbaikan, karena tidak ada yang diinginkan di dunia ini selain perbaikan.